Latar Belakang
Allah SWT. menciptakan
manusia dalam bentuk yang sangat sempurna baik secara fisik maupun
psikis. Manusia dianugerahi hati nurani (qalb), akal pikiran (al-‘aql), jiwa (an-nafs), dan ruh (ar-ruh) sebagai unsur psikis dan jasad (al-jism)
sebagai unsur fisik. Antara unsur fisik dan unsur psikis tidak bisa
dipisahkan, karena fisik yang tidak memiliki unsur-unsur psikis disebut mayat atau jenazah, sedangkan psikis yang tidak memiliki fisik disebut arwah.
Manusia bisa beraktualisasi dengan dunia nyata merupakan
hasil bersinerginya unsur sistem fisik dan psikis. Terganggunya salah
satu unsur ini akan menghambat manusia mengaktulisasikan potensinya.
Jadi, unsur fisik maupun psikis saling mempengaruhi bekerjanya totalitas
fungsi illahiyah dan fungsi kemanusian (khalifiyah) yang
ada dalam diri manusia. Manusia akan bertindak semena-mena, tanpa
mempertimbangkan perkara baik dan buruk, halal dan haram, bermanfaat dan
mudharat merupakan akibat tidak bersinerginya unsur psikis dengan unsur
fisiknya.
Emosi merupakan salah satu hasil kerja dari sinergi
unsur fisik dan psikis. Menurut Walgito (2004) emosi merupakan keadaan
yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance)
terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya
ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengatahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi.
Emosi mempunyai bentuk yang berbeda-beda, misalnya
senang, sedih, marah, takut atau gejala-gejala lain yang merupakan
respon dari bekerjanya indera manusia. Salah satu emosi yang sering
muncul dalam diri kita adalah emosi marah (ghadab). Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut Al-Ghazali (dalam Mujib, 2007) penyakit marah (ghadab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-harȃrah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthȗbah) dalam diri manusia. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya
marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah
bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah
dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek orang adalah orang yang
mempercepat amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudriy).
Marah secara umum mengakibatkan terganggunya aktualisasi
diri di dalam kehidupan kita atau marah merupakan penyakit jiwa yang
ada di dalam diri manusia. Walaupun menurut sebagian pendapat ulama
marah bisa menjaga kelangsungan hidup manusia dan menumbuhkan kekuatan
untuk membela agama Allah yaitu dalam jihadfȋsabȋlillah.
Jika marah merupakan suatu penyakit (patologi) di dalam diri manusia, maka barang tentu ada obatnya. Rasulallah SAW. Bersabda “Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.
(HR. Bukhari). Pada tulisan sederhana ini kita akan mengakaji tentang
bagaimana kita mengontrol kemarahan sehingga hubungan kita dengan Allah (hablumminallȃh) dan hubungan kita dengan manusia (hablumminannȃs) tidak terganggu.
Rasulallah SAW. telah mengajarkan kita untuk mengatasi
rasa amarah yang ada di dalam diri kita. Amarah yang disertai dengan
bisikan dan tipu daya setan akan mengakibatkan manusia tersesat dan
terjerumus kepada murka Allah SWT. Maka Allah melalui syari’atNya yang
agung ini melindungi kita dari segala kelicikan dan keburukan-keburukan
setan. Allah SWT. berfirman “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan
setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf [7] : 200).
Rasulallah SAW. bersabda “Jika salah seorang diantara
kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk
(hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak
reda juga maka hendaklah dia berbaring”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Hiban). Kemudian dalam hadis yang lain Rasul bersabda “Sesungguhnya
kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan api
itu dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang diantara kalian
marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”. (HR. Imam Ahmad). Selanjutnya di dari Imam Ahmad, dia meriwayatkan “Jika salah seorang diantara kalian marah maka hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad).
Berdasarkan dalil-dalil nash tersebut maka dapat kita
simpulkan bahwa posisi atau keadaan tubuh bisa mempengaruhi emosi
manusia, begitu juga dengan air (wudhu) yang memberikan efek positif
untuk melawan rasa marah. Hal ini tentu berkaitan dengan keimanan
seseorang terhadap Allah SWT. Jika dilandasi iman yang kuat tentu orang
akan mudah percaya dengan obat yang ditawarkan Rasul ini. Namun, jika
iman kita lemah atau bahkan tidak beriman maka barang tentu orang akan
mempertanyakan perkataan Rasul ini. Disinilah permasalahannya, Islam
merupakan agama yang rahmatallil’ȃlamȋn “Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiyȃ’ {21} : 107).
Maka disini kita berusaha melakukan objektifikasi keilmuan, yaitu
penerjemahan nilai-nilai internal ke dalam kategori-kategori objektif
(Kuntowijoyo,2007). Dimana konsep-konsep yang bersifat mistis di dalam
dalil-dalil naqli akan di terjemahkan sesuai dengan konteks saat ini
tanpa mengubah hakikat dari syari’at Allah Yang Maha Sempurna. Sehingga
rahmat yang dibawa oleh Islam bisa dirasakan oleh semua manusia, bukan
cuma orang Islam, tapi seluruh umat manusia. Dengan begitu seluruh
kebenaran-kebenaran yang ada dalam Islam akan diakui oleh seluruh umat
manusia karena kebenaran Islam yang selama ini bersifat mistis
(tekstual) telah diungkap secara kontekstual.
Psikoterapi Marah
A. Definisi psikoterapi marah
Di dalam Kamus Inggris-Indonesia (Echols & Shadily, 1984) mengartikan terapi secara bahasa adalah “Pengobatan physical” atau “Pengobatan jasmani”. Sedangkan menurut Chaplin (2005) therapy adalah satu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Di dalam bahasa Arab kata therapy sepadan dengan Al-Istisyfȃ’ yang berasal dari kata Syifȃ’ – Yasyfȋ - Syafȋ yang artinya menyembuhkan (Munawir dalam Dzaky, 2008).
Psikoterapi (Psychotherapy) memiliki banyak
pengertian karena penggunaan kata ini terdapat dalam berbagai bidang
keilmuan, seperti bimbingan dan konseling (guidance dan counseling), psikiatri, case work,
pendidikan, dan Ilmu Agama (Wahyudi dalam Dzaky, 2008). Sedangkan
Psikoterapi Islam menurut Dzaky (2008) merupakan proses pengobatan dan
penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral, maupun
fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. atau
secara emipirik adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah SWT.,
Malaikat-malaikatNya, Nabi dan RasulNya atau Ahli waris para NabiNya.
Psikoterapi marah adalah suatu upaya atau proses
pengobatan dan penyembuhan rasa amarah yang ada di dalam diri manusia
dengan bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunah Rasul SAW. Marah merupakan salah
satu bentuk emosi yang mendorong manusia untuk melakukukan sesuatu yang
biasanya akan berakibat buruk bagi dirinya maupun orang lain atau
lingkungannya baik secara moril maupun materil.
Menurut Asy-Syahawi (2005) ada dua cara untuk mengatasi
marah yang tengah bergejolak, yaitu dengan ilmu pengetahuan dan dengan
amal perbuatan. Namun, pada bahasan ini kita akan mencoba menguraikan
dan mendalami cara mengatasi marah dengan cara amalan (perbuatan) yang
meliputi sebagai berikut:
Pertama, mengucapkan isti’ȃdzah ketika amarah datang, yaitu dengan mengucapkan “A’ȗdzubillȃhi minasysyaithanir rajȋm”, artinya aku berlindung dengan Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Allah SWT. berfirman “Dan
jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf {7} : 200).
Kedua, berdiam diri. Dari Ibnu Abbas ra. menceritakan bahwa Rasulallah SAW. pernah bersabda “Jika salah seorang diantara kalian marah maka hendaklah ia diam.”
(HR. Imam Ahmad). Berdiam diri merupakan obat yang sangat mujarab untuk
meredam rasa marah karena biasanya orang-orang yang sedang marah suka
mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak baik. Ini disebabkan tidak
terkontrolnya lisan karena dorongan nafsu setan yang kuat dari dalam
dirinya. Maruq Al-Ajali pernah mengugkapkan suatu ungkapan yang indah
dan bijak serta dalam maknanya “Aku tidak pernah kenyang dengan
kemarahan, dan tidak pernah berbicara saat marah dengan sesuatu yang
kelak akan menjadi penyesalan setelah aku memaafkan”.
Ketiga, merubah posisi.
Dalam hal ini, jika kita sedang marah dalam keadaan berdiri maka
hendaklah kita duduk, kalau tidak reda juga maka hendaklah kita
berbaring. Rasulallah SAW. pernah bersabda “Jika salah seorang
diantara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia
duduk (hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya
tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring.” (HR. Abu Daud dan
Ibnu Hibban). Kemudian Rasulallah SAW. juga memerintahkan kepada kita
untuk untuk menempelkan diri ke tanah, tujuannya agar kita semakin
menyadari hakikat diri kita yang hina, sehingga bisa menghilangkan
kesombongan dan keangkuhan yang ada di dalam diri kita. Hadis ini
diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudry ra. yang berbunyi “Sesungguhnya
kemarahan itu adalah percikan api yang menyala di dalam hati manusia,
tidakkah kalian memperhatikan (orang-orang yang marah) kedua matanya
memerah dan raut wajahnya mengerut? Jika salah seorang diantara kalian
merasakan hal itu maka hendaklah ia menempelkan diri ke tanah.” (HR. Imam Ahmad).
Perilaku menempelkan diri ke tanah akan menimbulkan
sifat rendah diri (tawadhu’), karena biasanya kemarahan disertai dengan
rasa angkuh dan penuh kesombongan. Ketika kita menempelkan diri ke
tanah, maka akan mengingatkan kita kepada asal mula penciptaan kita.
Keempat, segera untuk berwudhu. Ketika marah menghampiri seseorang maka hendaklah ia segera untuk berwudhu. Rasul SAW. bersabda “Sesungguhnya
kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan api
itu dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang diantara kalian
marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”. (HR. Imam Ahmad).
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah mengatakan “Tidak seorangpun dapat memadamkan
gejolak emosi dan nafsu birahi kecuali dengan wudhu dan salat. Adapun
wudhu, karena ia adalah air dan amarah adalah api, dimana api dapat
dipadamkan dengan air. Sedangkan salat, karena ia adalah munajat kepada
Allah dan amarah timbul dari bisikan setan, bagaimanapun langkah setan
tidak akan bisa menghalangi kehendak Allah. inilah kebenaran nyata yang
tidak perlu membutuhkan bukti dan logika.” (Bada’ul fawaid, 2/494-495, Ibnu Qoyyim Al-Jauziah).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terapi marah
Marah merupakan bentuk ekspresi emosi yang ditimbulkan
oleh pengaruh lingkungan sekitar manusia, dimana biasanya orang akan
menjadi terpancing emosi marahnya apabila mendapatkan stimulus-stimulus
yang mengancam atau mengusik ketenangan dan kenyamanan seseorang,
misalnya orang akan marah jika dia di caci maki, di hina, dipukul, atau
bahkan dilecehkan oleh orang lain. Secara global Asy-Syahawi (2005)
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi orang sehingga orang bisa
menjadi marah, yaitu kondisi fisik, kondisi psikis, dan kemungkinan lain
adalah karena moralitas yang tidak baik.
Pertama, kondisi fisik
yang kurang baik. orang akan cenderung marah karena menderita suatu
penyakit, misalnya orang yang sakit gigi akan marah jika di dekatnya ada
orang yang membunyikan type atau suara yang besar-besar. Kondisi fisik yang melemah akan menyebabkan rendahnya kontrol emosi seseorang.
Kedua, kondisi psikis.
Orang yang memiliki mental yang sehat dan kodisi kejiwaan yang stabil
akan membantunya mengontrol emosinya. Sebaliknya orang yang sedang
mengalami tekanan, stress, dan depresi. Biasanya mereka akan mudah
terpancing emosinya dan akan mudah marah. Biasanya hal-hal yang berifat
sepele saja, tapi tidak disukai oleh orang yang mengalami gangguan
kejiwaan ini akan memicu kemarahan dan kemurkaan yang luar biasa.
Ketiga, moralitas yang
tidak baik. orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk, memiliki
akhlak yang kurang baik, dan sering berbuat kejahatan akan membuat orang
tersebut mudah marah. Karena mereka terbiasa dengan perbuatan-perbuatan
setan dan mereka jauh dari Allah SWT. Bahkan sifat amarah sudah menjadi
tabiat yang melekat pada diri mereka dan secara tidak sadar pun tabiat
tersebut akan muncul tanpa dipikirkan.
Faktor-faktor di atas secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses terapi, karena ketiga faktor di atas sangat
berpengaruh kepada kondisi seseorang disaat menjalankan terapi ini.
Terutama dua faktor terakhir yang disebabkan oleh faktor psikologis,
yaitu kondisi fisik dan moralitas yang tidak baik. di dalam proses
terapi kedua faktor ini akan dicoba dihilangkan. Sedangkan faktor yang
pertama, yaitu kesehatan fisik mungkin bisa ditangani secara medis.
C. Unsur-unsur yang ada dalam terapi amarah
Dalam terapi marah yang telah dibahas di atas maka dapat
kami simpulkan bahwa ada dua unsur yang ada dalam terapi ini. Dimana
kedua unsur ini bisa menjelaskan dinamika rasa marah di dalam diri kita.
Pertama, unsur biologis,
yaitu terjadinya perubahan-perubahan di dalam tubuh orang yang sedang
marah, atau reaksi-reaksi fisiologis yang ditandai dengan perubahan
hormon-hormon tertentu di dalam tubuh. Biasanya orang yang sedang marah
bisa dilihat dari tanda-tanda biologisnya, misalnya mukanya menjadi
memerah, pupil matanya membesar, detak jantungnya semakin cepat, orang
yang sedang marah juga akan merasakan telinganya memanas. Ini disebabkan
oleh perubahan kerja jantung secara drastis yang berusaha memompa darah
ke wilayah tubuh bagian atas.
Di dalam Islam keterkaitan antara tubuh atau badan
(body) dan Jiwa (mind) diakui sebagaimanan yang terdapat di dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yaitu yang diriwayatkan dari
Nu’man bin Basyir dia berkata,”Aku telah mendengar Rasulallah SAW.
bersabda “Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging,
bila ia baik, maka baiklah seluruh jasad itu dan bila ia rusak, maka
rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah bahwa dia adalah Qalbu.” (Muttafaqun ‘alaih). Diponegoro (2008) mengatakan bahwa minddalam hadis ini dikaitkan dengan qalbu, sedang body dikaitkan
dengan jasad. Nampak sekali bahwa qalb itu sehat dan baik, maka seluruh
tubuh akan sehat dan baik, tetapi bila qalb rusak maka rusak juga
seluruh tubuhnya.
Dalam kaitannya dengan terapi yang kami tawarkan pada
tulisan ini, menurut hasil penelitian di Kota Panama wilayah Florida Dr.
Ahmad Al-Qadhiy (United States of America) mengatakan bahwa
ayat-ayat Al-Qur’an memepengaruhi tubuh manusia dibuktikan dengan
terjadinya perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuh kita. Terutama
terjadinya perubahan syaraf-syaraf otak secara langsung sehingga
mempengaruhi organ tubuh yang lainnya. Qadhiy juga mengungkapkan bahwa
bacaan-bacaan Al-Qur’an akan menyegarkan kembali syaraf-syaraf otak yang
tegang. Sehingga hal ini kan mempengaruhi kerja sistem tubuh yang
lainnya.(httpmajlisdzikrullahpekojan.orgsains-islampengaruh-quran-terhadaporgan-tubuh).
Kedua, unsur psiklogis
adalah tabiat atau akhlak yang terbentuk melalui berbagai
pengalaman-pengalaman belajar yang salah. Panksepp mengatakan bahwa
berdasarkan data penelitian tentang emosi, yang menunjukan bahwa
keadaan-keadaan emosional-motivasional seperti rasa marah bisa muncul
tanpa kita pikirkan. Kemudian Wilson menambahkan bahwa terkadang kita
dengan benar merasakan atau mempelajari sesuatu tanpa usaha sadar
apapun; maksudnya intuisi kita sering terbukti valid karena hal itu
datang dari bagian dalam otak yang tidak berada di bawah kendali sadar.
Menurut Izard, semua penelitian ini konsisten dengan teori Freud bahwa
kita dapat mengalami ransangan dalam diri yang tidak kita fahami secara
kognitif (Friedman dan Schustack, 2008).
Konsep Psikologi tentang Terapi Marah
Mengelola dan
mengendalikan emosi marah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
kita menggunakan metode terapi dengan bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunah
Rasulallah SAW. metode tersebut adalah dengan membaca isti’adzah,
berdiam diri, merubah posisi tubuh, dan dengan bersegera untuk wudhu
ketika marah menyerang. Untuk menjelaskan metode ini secara kontekstual
maka kita meminjam teori-teori Psikologi Barat yang relevan dengan
konsep terapi ini. Selanjutnya kami akan menjelaskannya sebagai berikut.
Pertama, apa yang terjadi ketika kita membaca isti’adzah?. Isti’adzah adalah ucapana’ȗdzubillahiminasy syaithȃnir rajȋm (Aku
berlindung dengan Allah dari godaan setan yang terkutuk), yang
merupakan bacaan yang diperintahkan oleh Allah SWT. ketika kita akan
membaca Al-Qur’an dan ketika kita meminta perlindungan Allah SWT. dari
godaan dan kejahatan setan yang terkutuk. Bacaan isti’adzah tentu
bukan hanya sekedar bacaan biasa tanpa memberikan pengaruh pada diri
dan jiwa seseorang. Apalagi ketika kita membaca bacaan ini dengan hati
yang khusuk dan iman yang kuat akan pertolongan Allah SWT. Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal [8] : 2).
Isti’ȃzdah merupakan
salah satu bentuk bacaan dzikir sekaligus merupakan doa yang ditujukn
kepada Allah SWT. Menurut Supradwi (2008) bacaan-bacaan dzikir dapat
berpengaruh pada fisiologis tubuh dan mental psikologis individu. Dan
hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ada pengaruh dzikir dalam
menurunkan afek negatif pada mahasiswa. Dimana afek negatif merupakan
bisa berupa rasa tegang, kecewa, gugup, ngeri, memusuhi, mudah
tersinggung, malu, gelisah, dan takut, umumnya bisa diartikan sebagai
perilaku penyesuaian sosial yang kurang baik dan kurang mampu untuk
bekerja sama dengan individu lain. Selain itu hasil-hasil penelitian
empiris antara lain penelitian yang berhubungan dengan do’a, atau
kegiatan keagamaan universal yang berpengaruh terhadap aspek fisiologis
individu. Misalnya penelitian mereka yang aktif berdo’a atau
bersilaturrahmi, ternyata memiliki kondisi fisik yang jauh lebih baik
daripada mereka yang jarang bahkan tidak pernah berdo’a (Diponegoro,
2008).
Iman, tauhid, dan ibadah kepada Allah
menimbulkan sikap istiqamah dalam perilaku. Di dalamnya terdapat
pencegahan dan terapi penyembuhan terhadap penyimpangan dan
penyelewengan, dan penyakit jiwa. Seorang mukmin yang berpegang teguh
kepada agamanya, maka Allah akan menjaga semua ucapan dan perbuatannya.
Sedang, imannya memeliharanya dari penyimpangan dan penyelewengan serta
penyakit jiwa (Musbikin, 2008). Meredam kemarahan bagi seorang Muslim
tentu akan menimbulkan efek positif disebabkan kekuatan yang mendorong
perubahan perilakunya bukan hanya faktor eksternal saja, tetapi lebih
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu iman dan tauhid, serta keyakinan
akan pahala dari Allah SWT.
Kedua, dengan berdiam diri. Pada
tinjauan ilmu syaraf , ditunjukkan bahwa emosi dibentuk oleh multi
struktur di dalam otak .Proses cepat , minimal, dan evaluatif
signifikansi emosional yang berasal dari sensor data , diproses ketika
data yang ada melewati amygdala, dalam perjalanan dari organ sensor
sepanjang jalur syaraf menuju limbic otak di bagian depan .Tentang
bagiamana emosi dilampiaskan tergantung pada kebiasan individu , pola
kepribadian, juga adat istiadat yang dianutnya . Kemarahan mengakibatkan
perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh.
Marah dapat merubah fungsi organ tubuh. Terkait dengan
ini, Mardin mengungkapkan hasil penelitian ilmiah mengenai pengaruh
fisiologis akibat kecemasan telah mengungkapkan adanya berbagai
perubahan dalam seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh darah,
perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi
tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon adrenalin dan
hormonlainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul
(www.scribd.com/doc/32694859/bab-14-mengelola-emosi). Sehingga
apabila perubahan tersebut tidak diikuti dengan ekspresi tubuh maka
reaksi fisiologis tubuh tadi akan sedikit terbendung. Tetapi, ketika
reaksi fisiologis diikuti dengan ekspresi tubuh yang agresif maka
hormon-hormon yang ada didalam tubuh akan terstimulasi untuk
bereproduksi.
Ketiga,
merubah posisi tubuh ketika sedang marah. Metode terapi ini erat
kaitanya dengan sistem fisiologis manusia, di dalam psikologi dikaji
dalam psikologi faal, yaitu suatu cabang ilmu psikologi yang mengkaji
tentang pengaruh perubahan-perubahan fisiologis tubuh terhadap perilaku
dan kejiwaan manusia. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam biologi
bahwa kemarahan menstimulasi saraf simpatik dari sistem otonom, saraf
tubuh yang memang bekerja untuk merespon kondisi stress seperti trauma,
takut, hipoglisemia, dan saat olahraga. Saraf simpatik beraktivitas
beragam pada tubuh dan terlihat sekali pada orang marah. Dimulai dengan
dilatasi pupil mata (mydriasis). Kemudian juga menstimulasi
peningkatan kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung. Pembuluh
darah berkonstriksi (menyempit) mengakibatkan darah mengalir dengan
cepat, bersinergis dengan kerja jantung yang meningkat mengakibatkan
tekanan darah meningkat. Tekanan darah yang meningkat drastis di otak
itulah yang dapat menyebabkan pusing. Pada saat marah proses peningkatan
tekanan yang terjadi di pembuluh darah otak atau jantung yang telah
elastisitasnya berkurang, misal pada kasus atherosklerosis ataupun arteriosklerosis, dapat berakibat sudden death.
Kemudian menstimulasi saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran kita
sehingga akan berakibat fatal pada tubuh kita. Respon saraf simpatik
lain bekerja pada medula adrenal menstimulasi sekresi adrenalin dan juga
pada organ reproduksi. (sumber:http://swestika.blogspot.com/2008/11/proses-fisiologi-marah.html).
Setelah kita meninjau dari sudut pandang faali, maka
jelas bahwa ketika marah hormon-hormon yang ada di dalam diri kita akan
berubah drastis. Sehingga perubahan-perubahan hormon ini akan
mengakibatkan kemarahan seseorang.
Pengaruh yang diakibatkan oleh berbagai kondisi terhadap
curah jantung, sehingga mempengaruhi tekanan darah menurut William F.
Ganong (dalam Khumaidati, 2005) sebagai berikut:
Tabel. Pengaruh aktivitas tubuh terhadap kondisi curah jantung
Perubahan
|
Kondisi / Faktor
|
Tidak ada perubahan
|
Tidur
Perubahan moderat suhu lingkungan
|
Meningkat
|
Kekhawatiran dan perasaan mendebarkan
Makan
Oralah raga
Suhu lingkungan tinggi
Kehamilan
Epiretrin
|
Menurun
|
Duduk / berdiri dari posisi berbaring
Penyakit jantung
|
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa beberapa
aktivitas dan kondisi tubuh mempengaruhi perubahan naik atau turunnya
tekanan darah termasuk di dalamnya ketika posisi berdiri, duduk, dan
berbaring.
Keempat, untuk segera
berwudhu ketika rasa amarah merasuki tubuh kita. DR. Ir. Ibrahim Karim
(ketua organisasi energi visalitas, Kairo, Mesir) membandingkan energi
spiritual dengan gerakan tambahan ketika seseorang berdzikir dengan asmȃul husnȃ,
wudhu, salat, membaca Al-Qur’an, dan mengumandangkan adzan. Selanjutnya
Karim mengatakan bahwa ketika seseorang berwudhu, sebenarnya ia sedang
membasuh daerah-daerah wudhu, yaitu bagian tubuh manusia yang tampak dan
terkena energi gerakan tambahan yang timbul dari diri orang lain,
ketika berwudhu, energi ini akan rontok bersamaan dengan air wudhu yang
dapat menjadikan seseorang berkonsentrasi di dalam salatnya (Musbikin,
2008).
Berdasarkan penelitian Masaru Emoto (2006) bahwa air memiliki suatu bentuk energi sensitif yang sulit dilihat (disebut Hado).
Begitu juga dengan semua benda yang ada di alam semesta ini. Energi ini
bisa berbentuk positif atau negatif, dan mudah dipindahkan dari benda
satu ke benda yang lainnya. Hal ini terbukti dengan eksperimen yang
dilakukan Emoto terhadap air yang di stimulasi dengan kata-kata baik dan
kata-kata buruk. Air yang diberi simulus dengan kata-kata yang baik
akan membentuk kristal-kristal yang indah dan tersusun secara tertur dan
indah. Sedangkan air yang diberi stimulus dengan kata-kata kotor/buruk
akan menghasilkan kristal-kristal yang tidak teratur.
Jika demikian adanya, bahwa penelitian mutakhir
membuktikan air bisa dipengaruhi dan begitu juga sebaliknya air bisa
juga mempengaruhi karena semua benda di dunia ini memiliki energi (Hado)
yang bisa ditransformasikan dari benda satu ke benda yang lainnya
termasuk tubuh manusia, oleh Emoto (2006) disebutkan bahwa pikiran dan
tubuh manusia dipengruhi oleh gelombang intrinsik benda lain yang
digunakan untuk membentuk resonansi. Dalam hubungan antar manusia kerap
kali kita mengatakan kita tidak cocok dengan seseorang, sebenarnya hal
ini ada kaitannya dengan gelombang dan resonansi. Maka ketika kita
berwudhu Islam mengajarkan umatnya untuk berdo’a dengan bacaan-bacaan
yang baik serta mengandung pujian. Rasulallah SAW. ketika hendak
berwudhu beliau membaca “Bismillah...” artinya
Dengan nama Allah (aku berwudhu)” (HR. Abu Dawud no. 101, Ibnu Majah no. 399) di dalam (Jawas, 2008).
Dengan nama Allah (aku berwudhu)” (HR. Abu Dawud no. 101, Ibnu Majah no. 399) di dalam (Jawas, 2008).
Hasil Terapi Marah
1. Mereduksi reaksi-reaksi fisiologis dalam tubuh saat kemarahan merasuki tubuh manusia.
2. Memberikan efek positif dalam mengendalikan emosi secara terarah dan terkontrol sesuai dengan tujuan fitrah manusia.
3. Menumbuhkan keistiqamahan seseorang di dalam beribadah kepada Allah SWT.
Kesimpulan dan Saran
Terapi marah merupakan suatu proses pengobatan dan
penyembuhan rasa amarah yang ada di dalam jiwa manusia dengan bimbingan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Terapi marah yang digunakan bisa dengan Ilmu
atau dengan Amalan. Terapi marah dengan amalan berupa membaca isti’adzah
ketika amarah merasuki tubuh, berdiam diri, merubah posisi diri dari
berdiri, menjadi duduk, kemudian berbaring, dan yang terakhir adalah
segera berwudhu. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa keempat
terapi di atas berpengaruh pada reksi-reaksi fisiologis yang ada dalam
tubuh manusia. Bukti-bukti ini menunjukan bahwa terapi amarah melalui
amalan ini efektif dalam mengontrol dan mengatasi rasa amarah dalam jiwa
manusia.
Bagi peneliti selanjutnya penulis sarankan untuk
meneliti terapi marah melalui Ilmu, dan lebih mendalami danpak-danpak
psikologis dari terapi ini, ataupun danpak-danpak lainnya sehingga
konsep-konsep terapi mara di dalam Islam bisa di objektivikasikan
kedalam wilayah kontekstual.
Sumber : http://raudlatulmuhibbin.blogspot.com/2012/05/terapi-marah-dalam-tinjauan-psikoterapi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar