Jumat, 20 Januari 2012

Tugas Psikologi Lintas Budaya Ke-2


Culture of Bali


Bali adalah nama salah satu Provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Secara garis besar Bali telah didefinisikan oleh penjelasan di atas, artikel ini ditujukan bagi pemenuhan tugas Psikologi Lintas Budaya yang telah kami presentasikan sebelumnya dalm perkuliahan yang ada.

Kami telah menjelaskan mengenai sejarah, sistem kekerabatan, tarian, suku-suku, baju tradisional, makanan khas da masih banyak lagi. Dalam artikel blog ini kami tidak menjelaskan kembali satu persatu kebudayaan dari bali "Culture of Bali", melainkan menuliskan kesimpulan yang berkaitan dengan Mata Kuliah Psikologi Lintas Budaya yang kami pelajari.

Kesimpulan meliputu Asimilasi dan Akulturasi Budaya yang terjadi di Kebudayaan Bali, yaitu :

1.) Akulturasi

Akulturasi adalah penacampuran dua kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli dari budaya itu sendiri, contoh :

a. Masuknya agama Hindu ke wilayah bali dengan dibantu oleh para saudagar pada jaman sejarah dulu. tanpa menghilangkan kebudayaan asli masyarakat yang memepercayai animisme maupun dinamisme

b. Bali sebagai pulau dengan sejuta pesona yang banyak mengundang turis mancanegara untuk datang, para turis sering datang untuk berkunjung melihat pura yang notabene sebagai tempat beribadah masyarakat bali. Namun hal itu sama sekali tidak mempengaruhi kesakralan makna pura untuk masyarakat bali, meskipun juga mulai menerima modernisasi bahwa pura bisa menjadi objek pariwisata peribadatan bagi para turis yang datang, dll.

2.) Asimilasi

Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Contoh dari asimilasi yang kami lihat dari kebudayaan Bali belum kami temukan, kami melihat keteguhan hati dan kecintaan masyarakat Bali terhadap budaya yang mereka miliki mejadi faktor terjaganya Budaya mereke dengan baik.


Keteguhan hati, kecintaan terhadap budaya hingga mencoba melestariskan secara terus menerus adalah hal yang perlu kita perhatikan dan kita ikutoi dari masyarakat Bali, dengan kata lain hal tersebutlah yang menjadi aspek atau ranah pembelajaran dari Psikologi Lintas Budaya yang kami pelajari.





Sumber : Wikipedia
Sumber Gambar :wisatairit.blogspot.com







NB: Kami masih dalam proses belajar, saya khususnya sebagai penulis masih memiliki banyak kekurangan dalam menuliskan informasi pada artikel di blog ini, apabila ada kesalahan atau kekurangan mohon dimaafkan dan berikan masukan untuk hasil yang jauh lebih baik, terimakai :).


Tugas Psikologi Lintas Budaya Ke-1

1. Pengertian Psikologi Lintas Budaya :

Psikologi lintas budaya adalah satu mata kuliah yang wajib dipelajari oleh mahasiswa jurusan psikologi, karena dengan mata kuliah ini mahasiswa akan memiliki wawasan yang luas dan memahami perilaku manusia yang unik.

Pada hakikatnya, menurut Brislin, Lonner dan Thorndike, (dalam Berry dkk, 1997:2) psikologi lintas budaya adalah kajian empiris mengenai anggota beberapa kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku. Psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematis mengenai peilaku dan pengalaman, sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya berbeda yang dipengaruhi budaya yang bersangkutan (Berry dkk, 1997:2).

Perlu diketahui psikologi lintas budaya muncul sebagai respon terhadap teori psikologi yang dikembangkan di barat dalam satu kebudayaan universal. Padahal manusia diciptakan tidak bersifat universal melainkan lokal, hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dan memiliki budaya sendiri, oleh karena itu mata kuliah ini membahas mengenai konsep psikologi lintas budaya, ruang lingkupnya dan masih banyak lagi.

2. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi :

Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah individual. Pada ranah sosial karena budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Dari kehidupan bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya.

Sosiologi sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu Socius yang berarti kawan atau teman dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat, “ Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857).

Menurut Allan Jhonson, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Definisi lain mengenai sosiologi dikemukakan oleh Emile Durkheim, sosiologi dalam definisinya adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, terlihat jelas adanya keterkaitan yang erat antara psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi, pada dasarnya kedua-duanya memiliki fokus yang tidak berbeda jauh, yaitu manusia secara individu dan kelompok serta interaksi yang terjadi di dalamnya. Dari interaksi itulah timbul sikap saling mempengaruhi antara satu dan yang lainnya, lambat laun akan menghasilkan budaya-budaya unik berdasar pada kebiasaan ataupun pola hidup yang secara terus-menerus dijalani sekelompok individu bersama-sama.

3. Artikel

Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh para pedagang, yang dipelopori oleh Maulana Maghribi, yang lebih dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim. Beliau menyebarkan Islam tidak hanya sendiri, melainkan bersama-sama dengan yang lain atau biasa disebut dengan Wali Songo. Wali-wali tersebut menyampaikan risalah Islam dengan cara yang berbeda, salah diantaranya adalah yang kita kenal dengan Ja'far Shodiq atau biasa disebut dengan Kanjeng Sunan Kudus.

Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme). Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.

Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq ialah putera dari R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung di Jipang Panolan (ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora). Sunan Kudus kawin dengan Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban. R.Makdum Ibrahim adalah putera R.Rachmad (Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim. Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus selain dikenal seorang ahli agama juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu hadist dan ilmu fiqh. Karena itu, diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai "Waliyil Ilmi". Adapun cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah, Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.

Penghormatan lain adalah diwujudkan dalam bentuk bangunan menara masjid yang bercorak Hindu. Menurut sejarah, masjid Kudus dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H. Hal ini terlihat dari batu tulis yang terletak di Pengimaman masjid, yang bertuliskan dan berbentuk bahasa Arab, yang sukar dibaca karena telah banyak huruf-huruf yang rusak. Batu itu berperisai, dan ukuran perisai tersebut adalah dengan panjang 46 cm, lebar 30 cm. Konon kabarnya batu tersebut berasal dari Baitulmakdis ( Al Quds ) di Yerussalem - Palestina. Dari kata Baitulmakdis itulah muncul nama Kudus yang artinya suci, sehingga masjid tersebut dinamakan masjid Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota Kudus.

Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918 - an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk "padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Masih menjadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion.

Cerita mengenai menara Kudus pun ada berbagai versi, ada pendapat yang mengatakan," bahwa menara Kudus adalah bekas candi orang Hindu,". Buktinya bentuknya hampir mirip dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan kira-kira tahun 1250 atau mirip dengan Candi Singosari. Pendapat lain mengatakan kalau dibawah menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan. Kenapa ? karena mahluk hidup yang telah mati kalau dimasukkan dalam mata air tersebut menjadi hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan, ditutuplah mata air tersebut dengan bangunan menara. Menara Kudus itu tingginya kira-kira 17 meter, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah banyaknya. 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian : (1) Kaki (2) Badan dan (3) Puncak bangunan. Dihiasi pula dengan seni hias, atau artefix ( hiasan yang menyerupai bukit kecil).

Tampak dari depan sekilas memang masjid Menara Kudus ini kelihatan kecil, namun setelah masuk ke dalam luas sekali. Selain masjid, ternyata di belakang masjid adalah komplek makam Kanjeng Sunan Kudus dan para keluarganya. Pintu masuk makam terletak disebelah kanan masjid, kemudian setelah melalui jalan kecil kita akan melalui pintu kedua memasuki komplek yang didalamnya ada pondokan-pondokan.Ditengah-tengah pondokan tersebut ada sebuah bangunan paling besar, konon kabarnya bangunan tersebut adalah tempat pertemuan para Walisongo sekaligus tempat Sunan Kudus memberikan wejangan kepada para muridnya.

Disebelah utara sebuah komplek ini ada sebuah pintu kecil menuju ke komplek pemakaman Kanjeng Sunan. Komplek-komplek makam tersebut terbagi-bagi dalam beberapa blok, dan tiap blok merupakan bagian tersendiri dari hubungannya terhadap Kanjeng Sunan. Ada blok para putera dan puteri Kanjeng Sunan, ada blok para Panglima perang dan blok paling besar adalah makam Kanjeng Sunan sendiri. Uniknya adalah semua pintu penghubung antar blok berbentuk gapura candi-candi. Tembok-tembok yang mengitarinya pun dari bata merah yang disusun berjenjang, ada yang menjorok ke dalam dan ke luar seperti layaknya bangunan candi. Panorama yang nampak adalah komplek pemakaman Islam namun bercorak Hindu.

Pendapat Pribadi :

Pada ranah individual, budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari sini terlihat bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.

Hal tersebut tercermin jelas pada artikel yang saya cantumkan di atas, ketika para pedagang-pedagang luar tersebut memasuki Indonesia, berdagang dan melakukan interaksi di Indonesia, khususnya pada saat itu adalah pulau jawa, interaksi yang terjadi terus menerus, kedekatan secara emosional, sehingga dapat mempengaruhi satu sama lain.

Pengaruh pencampuran budaya hingga penyebaran keyakinan dapat terjadi dikarenakan adanya komunikasi dan interaksi yang terbentuk seperti yang kita pelajari dalam Psikologi lintas budaya dan Sosiologi. Maka jelaslah menurut saya ada keterkaitan yang erat antara Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Sosiologi.





Sumber :

Http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf.

Http://rmp.ums.ac.id/silabi/F100/606202/LINTAS_BUDAYA_h1-30_PSI_606202_UYU- Silabus.pdf.

Http://ifzanul.blogspot.com/2009/12/definisi-sosiologi-menurut-para-ahli.html.

Http://www.definisionline.com/2010/09/pengertian-sosiologi.html.

Http://www.navigasi.net/goart.php?a=bumsjkds.